Nutambakrejo.or.id- Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan bentuk pengendalian diri dan ketaatan kepada Allah. Sebagai salah satu rukun Islam, puasa memiliki aturan yang harus dipatuhi agar ibadah tersebut sah dan diterima. Larangan-larangan dalam puasa bukanlah sekadar pembatasan, melainkan cara untuk menjaga kesucian ibadah serta melatih disiplin diri.
Namun, dalam praktiknya, ada kondisi tertentu yang membuat seseorang harus membatalkan puasanya, seperti sakit atau perjalanan jauh. Islam sebagai agama yang penuh rahmat memberikan kelonggaran bagi mereka yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, memahami aturan-aturan fiqih terkait puasa sangat penting agar ibadah ini dapat dijalankan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Lebih dari sekadar kewajiban, puasa juga mengajarkan nilai-nilai sosial, seperti empati terhadap mereka yang kurang mampu dan pentingnya berbagi. Dengan memahami esensi puasa, umat Islam tidak hanya menjalankan ritual ibadah, tetapi juga mengembangkan kepribadian yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutip dari jatim.nu.or.id, berikut hal-hal yang dapat membatalkan puasa melansir dari, dengan merujuk penjelasan dari Imam Ibnu Qasim Al-Ghazi dalam Fathul Qarib:
(وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا وَثَانِيهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ) الْمُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ الْمُنْفَتِحِ كَالْوُصُولِ مِنْ مَأْمُومَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ) وَالْمُرَادُ إِمْسَاكُالصَّائِمِ عَنْ وُصُولِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا.
(وَ) الثَّالِثُ (الْحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ) وَهُوَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ الْمَرِيضُ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ الْمُعَبَّرُ عَنْهُمَا فِي الْمَتْنِ بِالسَّبِيلَيْنِ (وَ) الرَّابِعُ (الْقَيْءُ عَمْدًا) فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْيُبْطِلْ صَوْمَهُ كَمَا سَبَقَ.
(وَ) الْخَامِسُ (الْوَطْءُ عَامِدًا) فِي الْفَرْجِ فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالْجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ.
(وَ) السَّادِسُ (الْإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوجُ الْمَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ مُحَرَّمًا كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرِ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ وَاحْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةٍ عَنْ خُرُوجِالْمَنِيِّ بِالِاحْتِلَامِ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ جَزْمًا.
(وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ الْعَشَرَةِ (الْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْجُنُونُ وَالرِّدَّةُ) فَمَتَى طَرَأَ شَيْءٌ مِنْهَا فِي أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ.
10 Perkara yang membatalkan puasa :
1. Masuknya sesuatu ke dalam tubuh (perut) dengan sengaja melalui jalan yang terbuka seperti mulut dan hidung.
2. Masuknya sesuatu ke dalam tubuh (perut) dengan sengaja melalui jalan yang tidak terbuka (seperti melalui luka pada kepala sampai otak. Maksudnya, puasa adalah menahan diri agar tidak ada benda yang sampai ke bagian yang disebut sebagai rongga dalam tubuh.
3. Memasukkan obat dengan cara injeksi atau suntikan melalui salah satu dari dua jalan, yaitu obat yang diberikan kepada orang sakit melalui kemaluan depan atau belakang.
4. Muntah dengan sengaja. Namun, jika muntahnya tidak sengaja, maka tidak membatalkan puasa, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
5. Berhubungan badan dengan sengaja pada kemaluan. Namun, jika berhubungan badan dilakukan karena lupa, maka tidak membatalkan puasa, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
6. Keluar mani, karena bersentuhan tidak dengan hubungan badan. Baik bersentuhan secara haram, seperti mengeluarkannya dengan tangan sendiri (masturbasi), maupun yang tidak haram, seperti melalui tangan istri atau budaknya. Dikecualikan jika mani keluar karena mimpi basah, maka tidak membatalkan puasa secara mutlak.
7. Keluarnya haid
8. Nifas
9. Gila atau hilangnya akal
10. Murtad
Jika salah satu dari empat hal tersebut (haid, nifas, gila, dan murtad) terjadi saat berpuasa, maka puasa menjadi batal.
Oleh sebab itu, sebagai orang yang berpuasa, kita perlu memperhatikan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa agar ibadah kita sah sesuai syariat dan diterima oleh Allah Swt. Aamiin. Wallahu a’lam.
0 Komentar